Sabtu, 16 Juni 2012

Kiprah Ponpes Daarul Mu'awanah

Sebagai sebuah lembaga pendidikan lapisan bawah, Pondok Pesantren telah teruji kontribusinya terhadap pengembangan kapasitas masyarakat, baik masyarakat di sekitar pondok pesantren maupun masyarakat luas. Harus diakui pula bahwa kiprah alumni pondok pesantren yang berakhlaq, mandiri, berpengetahuan dan berketerampilan serta menyebar ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakat dalam menunjang program-program pemerintah dan pembangunan tidak diragukan lagi keberadaanya.

Di Ciogong Sindangbarang, Pendidikan Pondok Pesantren Daarul Mu'awanah yang berdiri pada tahun 1980 mengiringi tumbuh kembangnya Sindangbarang hingga menjadi kota dewasa ini. Sebagaimana halnya Ciogong, Pondok Pesantren Daarul Mu'awanah juga terus berbenah dan memberikan berbagai program berkualitas bagi masyarakat namun tetap konsisten dengan tujuannya yaitu sebagai Pondok Pesantren Salafiyah. Melalui Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mu'awanah, yayasan ini memperluas kiprahnya dengan dibukanya jalur pendidikan formal MTs yang setara SMP dengan kualitas pembelajaran optimal. 

Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mu'awanah terus bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial dengan tujuan utamanya yakni untuk membantu memberikan pendidikan formal dan informal (agama) untuk semua lapisan masyarakat. 

Yayasan Pondok Pesantren Daarul Mu'awanah menerima Santri Baru Tahun Pelajaran 2012/2013,

Rabu, 09 Mei 2012

Sejarah Umum Pondok Pesantren

Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.[rujukan?] Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.[rujukan?] Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri.[rujukan?] Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana.[rujukan?] Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.[rujukan?] Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan.[rujukan?] Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.[1]